Minggu, 14 Juni 2020

TAK BERPINDAH KE LAIN HATI

Salam Kreatif
Salam Literasi

Bisa jadi postingan ini adalah postingan terakhir di group ini. Karena satu dan dua hal terkait pemblokiran oleh Facebook Debuger, sehingga konten di blog ini tidak dapat dibagikan di Facebook Group (Facebook, Messenger, Instagram, maupun Whatsaap). Maka demi kontinyuitas ekspresi, informasi, dan aksi edukasi-sastra-budaya, keluarga besar Lingkar Studi Sastra Setrawulan resmi mengumumkan kepindahan kanal ke blog baru kami; https://lisstra.blogspot.com/.
Semoga menjadi perhatian kita semua

Salam Kreatif
Salam Literasi


Mojokerto, 14 Juni 2020
Tertanda

Admin


Sabtu, 13 Juni 2020

Corona Makin Eksis, Dunia Pendidikan Bermetamorfosis



Corona Virus Deases (covid) 19 menjadi malapetaka bagi sebagian profesi, semakin hari semakin eksis dan belum menunjukan tanda-tanda untuk berakhir. Seperti dokter dan para medis menjadi hari-hari yang melelahkan bahkan menakutkan. Karena virus ini sangat mematikan, ratusan ribu orang di berbagai belahan dunia tewas karena virus ini.
Diantara mereka tidak sedikit yang berprofesi dokter dan tenaga medis. Virus ini mudah menyebar dari satu orang ke orang lain. Efeknya pemerintah melarang berkumpul dalam jumlah yang banyak, tidak boleh dekat-dekat termasuk dengan siswa disekolah. Walhasil, banyak kantor dan aktivitas lain diliburkan sampai waktu yang belum ditentukan. Walaupun demikian kita harus yakin bahwa dibalik semua bencana dan tragedi ada hikmah dibalik itu.
Dampak mewabahnya virus corona (Covid-19) kini juga telah dirasakan oleh dunia pendidikan. Hal ini telah diakui oleh organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), bahwa wabah virus corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan. Hampir 300 juta siswa terganggu kegiatan sekolahnya di seluruh dunia dan terancam hak-hak pendidikan mereka di masa depan.
Jika kondisi ini terus meningkat, maka sudah bisa dipastikan dampaknya terhadap sektor pendidikan juga akan semakin meningkat. Dampak yang paling dikhawatirkan adalah efek jangka panjang. Sebab para siswa dan mahasiswa secara otomatis akan merasakan keterlambatan dalam proses pendidikan yang dijalaninya. Hal ini bisa mengakibatkan pada terhambatnya perkembangan kematangan mereka di masa yang akan datang.
Apalagi jika Covid-19 ini tidak segera berakhir. Dengan kebijakan penundaan sekolah-sekolah di negara-negara yang terdampak virus tersebut secara otomatis dapat mengganggu hak setiap warganya untuk mendapatkan layanan pendidikan yang layak. Penutupan sekolah-sekolah dan kampus tersebut tentu dapat menghambat dan memperlambat capaian target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan atau sekolah masing-masing.
Kondisi demikian akan mengganggu pencapaian kematangan siswa dalam meraih tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah dampak psikologisnya. Siswa yang harus tertunda proses pembelajarannya akibat penutupan sekolah dan sangat memungkinkan akan mengalami trauma psikologis yang membuat mereka demotivasi dalam belajar.
Adapun untuk terhambatnya proses pendidikan karena penutupan dan penundaan waktu belajar, maka perlu disiapkan solusi kongkret pula. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan sistem pembalajaran jarak jauh dengan memanfaat teknologi yang ada. Sebab jika tidak, maka ini akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kematangan hasil dan pencapaian dari proses pendidikan.
Dunia Pendidikan Bermetamorfosis
Pandemik Covid-19 telah memaksa jutaan peserta didik harus belajar di rumah dan sementara itu banyak pendidiknya tiba-tiba jadi “gagap mengajar” karena harus mengubah cara mengajar secara drastis dari tatap muka menjadi cara daring secara tiba- tiba.
Tidak ada kejelasan tentang kapan persoalan pendemik Covid-19 dapat berakhir oleh karena itu sangatlah penting untuk membekali para pendidik dengan pedagogik yang terkait erat dengan pemanfaatan teknologi. Tahun 2020 akan menjadi tahun yang tak terlupakan bagi dunia pendidikan nasional. Semua agenda nasional pendidikan dibatalkan.
Di tahun ini, tercatat tahun yang memiliki jadwal libur sekolah yang paling panjang. Guru-guru dipaksa untuk berfikir keras menyiapkan modul dan model pembelajaran jarak jauh. Mendekatkan mereka memanfaatkan teknologi internet untuk pembelajaran.
Sesungguhnya pembelajaran cara daring bukanlah hal yang sangat baru, sudah terdapat teori-teori pendidikan dan penelitian yang berkaitan dengan belajar jarak jauh sehingga seharusnya belajar cara daring bukan sekedar sebuah proses “digitalisasi” bahan ajar, yaitu mengubah bahan ajar hanya jadi bahan bacaan atau tontonan secara digital.
Prof George Siemens, seorang guru besar dari Athabasca University di Kanada merupakan salah seorang pelopor pengembangan pedagogik untuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi. Ia mengusulkan sebuah teori alternatif untuk pendidikan yaitu Connectivism. Ini adalah sebuah teori pendidikan yang memasukkan teknologi dan konektivitas sebagai bagian dari kegiatan belajar yang penting.
Siemens (2005) menyatakan bahwa Connectivism dikembangkan sebagai respons terhadap tren dan kebutuhan abad ke-21, ini terkait dengan kemajuan teknologi dan makin pentingnya peran jaringan (network) yang terjadi akibat perkembangan teknologi. Siemens (2005) menyimpulkan bahwa teori behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme, yang paling sering digunakan tidak dapat mengakomodasi semua dampak kemajuan teknologi karena teori-teori tersebut dikembangkan pada saat teknologi belum memiliki pengaruh terhadap pengalaman belajar peserta didik sebanyak hari ini.
Dunia pendidikan yang dikomandoi oleh tenaga pendidik (guru) harus siap menghadapi perubahan yang sangat drastis. Konsep pendidikan yang sekarang ini dilakukan jauh melampaui ekspektasi atau perkiraan kita semua.  Konsep pembelajaran daring ini sejatinya akan diterapkan 5 tahun yang akan datang, tetapi waktu, situasi dan kondisi serta keadaan memaksakan guru harus siap dengan model pembelajaran daring.
Siap dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang baik secara fisik maupun psikhis untuk melakukan /mengikuti suatu rangkaian tindakan atau perbuatan atau perlakuan dengan sadar. Sikap siap yang ditunjukkan seseorang kadarnya akan berbeda beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Secara garis besar faktor tersebut ada yang bersifat instrinstik dan ada pula yang ekstrinstik. Faktor instrinstik bisa juga disebut faktor yang berasal dari dalam diri individual yang muncul karena adanya kesadaran diri bukan karena hal lain. Faktor ekstrinstik ini lebih mengarahkan pada bentuk kesadaran diri, karena passion, atau karena memiliki pandangan untuk melakukan hal itu atas kewajiban sebagai hamba tuhan.
Guru juga harus kreatif dalam menyikapi situasi pandemi Covid-19 ini dalam proses pembelajaran, karena kreativitas adalah simbol kualitas seseorang. Semakin banyak kreativitas yang dihasilkan, maka semakin tinggi dan baik kualitas seseorang. Hal ini mencerminkan bahwa pola pemikirannya sangat dinamis dan berkembang sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Kegiatan pembelajaran adalah merupakan implementasi kehidupan masyarakat di dalam sebuah lingkungan sempit dengan seorang pengelola yang berstatus sebagai guru atau fasilitator. Dengan adanya pembimbing atau fasilitator inilah, maka proses dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan secara berurutan dan sistematis. Semakin piawai seorang guru, maka semakin besar keberhasilan proses pembelajaran. Dan, kepiawaian seorang guru dapat ditunjukkan dalam bentuk keterampilan guru dalam membimbing dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Kita perlu menyadari bahwa guru kita masih banyak yang belum mengembangkan kreativitas dirinya secara maksimal, masih banyak kemampuan diri yang tersimpan rapi di dalam laci-laci hati mereka. Bahkan tidak sedikit yang sudah membeku sehingga yang diberikan kepada anak didik hanyalah tetes-tetesan dari kreativitas yang sudah mengkristal atau membeku.
Penulis menggunakan istilah metamorfosis dalam tulisan ini, semata mata untuk menjelaskan istilah adanya perubahan mendasar dalam tatanan, susunan dan struktur pendidikan dan pembelajaran di Indonesia, akibat dampak dari Covid-19.  Di balik mewabahnya virus, pendidikan kita saat ini telah membuktikan bahwa teori disrupsi, salah satunya yaitu digitalisasi pendidikan dengan mengalihkan sementara proses pembelajaran melalui via daring. Secara singkatnya disrupsi adalah perubahan cara atau pola kehidupan manusia dalam menyelesaikan masalah serta menggantikan sistem yang lama dengan sistem yang belum ada presedennya. Berbicara era disrupsi tidak akan lepas dari kata revolusi industry 4.0, revolusi ke empat ini adalah perubahan dibidang industri akibat pesatnya perkembangan teknologi seperti Artifisial intelegence, Robotik, Virtual Reality, Internet Of Things, dan lain-lain.
Lompatan yang nyata dalam dunia pendidikan yang bermetamorfosis adalah adaya pembejalaran daring (online), yang selama ini barangkali sangat sedikit dimanfaatkan oleh tenaga pendidikan dalam memberikan dan menyampaikan pembelajaran, hal ini tentu memberikan manfaat dan nilai tambah dalam dunia pendidikan, yang seharusnya model ini akan diterapkan 5 tahun kedepan.
Ujian Nasional (UN) yang sejatinya akan diganti dengan Assemesment Kompetensi Minimum dan survey karakter pada tahun 2021, memaksa pemerintah untuk meniadakan UN pada tahun pelajaran 2019/2020 ini karena pertimbangan keamanan dan kesehatan siswa dan keluarga siswa yang merupakan hal terpenting. Selain itu, pertimbangan bahwa UN yang tidak menjadi syarat kelulusan ataupun seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi membuat jajaran pemerintah sepakat untuk meniadakan UN.
Model pemberian penilaian yang selama ini hanya berpedoman pada penilaian kognitif saja, maka dengan Covid-19 ini, penilaian bisa dilakukan dengan cara portofilio, yaitu pengumpulan data berdasarkan prestasi yang telah dimiliki oleh siswa, baik secara akademik, maupun secara non akademik.
Mengerakan mahasiswa tingkat akhir fakultas kedokteran untuk menjadi bagian dari  relawan penggerak dalam membantu pemerintah mengatasi visus corona ini, melalui program-program komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat, melayani “call center”, dan menyiapkan diri sebagai tenaga bantuan dalam kondisi darurat sesuai kompetensi dan kewenangannya, hal ini menunjukan bahwa adanya metamorfosis dalam tatanan dunia pendidikan kita dewasa ini.
Disamping itu juga penggunaaan anggaran sekolah melalui distribusi dana BOS, juga bisa digunakan dan dimanfaatkan dalam penyediaan dan pengadaan alat-alat yang berhubungan dengan pemberantasan penyebaran virus corona.
Dalam musibah sesungguhnya ada keluangan berpikir yang menghasilkan hikmah bagi orang yang berpikir, menggunakan pengetahuan dan berbagi wawasan dengan yang lain. Pantanglah menggerutu meski tetap waspada, ancaman apapun pasti datang, entah itu menguatkan kita atau justru membuat kita semakin terjerembab. Kualitas kita terlihat dari cara kita menghadapi masalah, kuat atau pasrah.
***

Ditulis Oleh : Bayumie Syukri, AP., SE., M.Si. (Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)


Sumber:


Kamis, 11 Juni 2020

Rindu Cium Tangan Guru



oleh Hairil, M.Pd *)

Pemerintah hentikan Ujian Nasional (UN) setahun lebih cepat dari rencana 2021. Penghapusan UN, mencegah penyebaran wabah Covid19. Kebijakan itu, disambut suka ria sebagian peserta didik.
“Yes, tak ada lagi Ujian Nasional,” kata seorang anak didik yang duduk di bangku kelas sembilan Sekolah Menengah Pertama (SMP), usai membaca sebuah berita di media online, sambil tertawa terbahak.
Sang anak tak menyadari, penghapusan UN, lebih cepat akibat penyebaran virus mematikan itu, membuat suasana tidak menyenangkan bagi dirinya, orang tua, dan guru.
Setelah tiga bulan dirumahkan, ia baru sadar bahwa dirinya bersama jutaan anak didik di Indonesia yang juga angkatan 2020, angkatan pertama yang tak merasakan “nikmatnya” UN.
Mereka tak merasakan diawasi pengawas UN yang berintegritas, mampu duduk di kursi selama dua jam, hanya memastikan UN jujur dan berintegritas.
Tak ada lagi guru yang datang beridiri di pagi buta di depan gerbang sekolah, menyambutnya dengan senyum. Tak ada lagi memberi salam dan nasihat pagi yang membuat jiwanya tenang.
Tak ada lagi, merapikan bajunya yang kurang rapi, tidak ada lagi menanyakan kabarnya dan orang tuanya di rumah. Tak ada lagi cium tangan yang penuh keberkahan.
Tak ada lagi apel pagi, tak ada lagi baca buku massal, mengaji bersama, salat Duha berjemaah di halaman sekolah yang rutin digelar setiap Kamis.
Tak ada lagi belajar bersama di kelas, tak ada lagi diskusi, tak ada lagi presentasi, tak ada lagi ribut-ribut yang menggangu guru mengajar di ruang sebelah, tak ada lagi cerita sahabat dan wejangan guru yang membuat kami selalu optimis menggapai masa depan.
Tak ada lagi marah-marah dari guru karena kami tak mau mendengar nasihatnya. Kini kami mulai rindu masa-masa itu. Rindu cium tangan guru.
Kini, saya bersedia dimarahi dan mau menerima nasihat guru. Kami rindu mimik wajahnya yang ikhlas menasihati, memuji dan memarahi kami.
Selama tiga bulan, kami dirumahkan, belajar lewat daring. Hanya sapaan tertulis, samangat pagi. Jaga kesehatan, selalu di rumah, dan selalu berdoa, menjadi penyemangat di kala kami baru bangun dari tidur.
Kami mulai bosan belajar lewat daring, tak ada pertemuan tatap muka, kami tak bisa bercengkrama dan bermain lagi bersama teman-teman sebaya. Saya sadar, kami belum terbiasa belajar via daring.
Hanya kata-kata yang selalui diuntai di kolom komentar google classroom yang telah disiapkan guru agar kami bisa belajar dengan baik, meski sangat terbatas.
Kami juga diwajibkan masuk di group WhatShapp (WA) untuk sekadar saling menyapa atau video call, jika kuota internet cukup.
Orang tua harus harus memiliki profesi ganda, menjadi guru bagi anak-anaknya. Merasakan bagaimana susahnya menjadi guru.
Selain itu, orang tua wajib menyisihkan budget tambahan, membeli kuota. Lalu, menunggu jaringan internet bersahabat. Saat jaringan tak bersahabat, anak dan orang tua dibuat pusing tujuh keliling.
Kini kami rindu suasana di sekolah. Saya sadar lebih baik belajar di sekolah dibandingkan di rumah. Di sekolah, bisa bermain dan belajar bersama teman. Meski kami sering buat susah guru.
Guru kami selalu mengajak manfaatkan kesempatan dan waktu untuk belajar dan bermain bersama. Kini kami merasakan rindu ingin bertemu dan bertatap muka. Tapi, itu hanya asa, biarlah menjadi hasrat dan rindu.
Rindu itu harus memenuhi syarat yaitu jarak dan waktu. Bahkan guruku, pernah membuat rumus rindu. Rindu itu berbanding lurus waktu dan jarak.
“Makin besar waktu dan jarak maka rindunya kian besar,” katanya, tertawa menghibur diri.
Kami berharap, wabah penyakit Covid-19 telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, dan menjangkiti ratusan ribu warga, termasuk di Negeri Zambrut Khatulistiwa, segera berlalu. Kembalilah ke asalnya.
Namun, di balik wabah ini, kami mendapat hikmah dan pelajaran. Kami paham apa itu Virus Corona. Kami mengetahui mengapa penyakit ini kerap disebut sebagai Corona.
Perbedaan mendasar antara Corona dan Covid-19 ialah soal pelabelannya. Corona, merupakan nama virusnya, sedangkan Covid-19 ialah nama resmi untuk penyakit yang disebabkan oleh virus Corona.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO secara resmi menamai penyakit virus Corona yang pertama kali diidentifikasi di Cina pada 31 Desember itu dengan nama Covid-19.
Covid-19 yaitu singkatan dari Corona Virus Disease. Penamaan ini menghindari referensi ke lokasi geografis tertentu, spesies hewan atau sekelompok orang sesuai dengan rekomendasi internasional untuk penamaan agar menghindari stigmatisasi.
Sejak Virus Corona mewabah, saya mengerti makna hidup bersih dan sehat. Selalu berkumpul bersaama keluarga, belajar dan beribadah di rumah.
Selama ini, kita belum manfaatkan pertemuan dan tatap muka di kelas dengan maksimal. Saat ini, kami ingin bertatap muka, tapi harus berjauhan. Khawatir muncul saling curiga, apalagi ada yang batuk dan bersih. Lebih baik di rumah.
Kini, kami bersiap memasuki fase kedua, dirumahkan. Kami belajar lewat daring, guru kami racin mengecek posisi kami. Ia meminta dikirimkan lokasi kami via google map. Mereka ingin memastikan kami berada di rumah.
“Tapi kalau boleh minta, jangan terlalu banyak tugas. Saya khawatir banyak temanku yang stres dan sakit. Esensi dirumahkan, agar kita sehat dan terhindar dari Virus Corona,” katanya berharap.
Mari berdoa agar mahluk bernama Korona kembali ke habitat aslinya. Manusia bukan inangnya Corona, agar anak didik bisa belajar dengan riang di kelas.(*)

*) Guru SMP Negeri 9 Parepare







sumber:

Selasa, 09 Juni 2020

Tantangan Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19



Oleh Triliana s. Utina (Mahasiswa Universitas Gorontalo)


Foto dokumen www.republika.com
Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna hidup, penyebaran virus corona (Covid-19) yang semakin hari semakin meningkat menjadi krisis besar manusia modern, memaksa kita untuk sejenak melihat kembali kehidupan, keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti yang sebenarnya. Manusia di paksa berhenti dari rutinitasnya, untuk memaknai hidup yang sebenarnya.
Indonesia punya tantangan besar dalam penanganan Covid-19. Dari semua aspek yang menjadi tantangan, saya lebih terfokus pada aspek pendidikan. Pendemi Covid-19 memaksa kebijakan physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk menimalisir persebaran Covid-19. Penerapan physical distancing sangat berdampak pada aspek pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, pembelajaran daring/online dan disusul dengan peniadaan Ujian Nasional (UN) untuk tahun ini. Namun mekanisme yang berlaku secara tiba-tiba ini, justru tidak jarang membuat pendidik,siswa,bahkan orangtua kaget.
Akibatnya siswa yang suda mempersiapkan diri untuk UN merasa sangat kecewa dengan kebijakan ini, karena mereka lulus begitu saja. Tapi tidak bisa di pungkiri kebijakan ini harus diterima karena kebijakan ini di upayakan untuk memutus mata rantai Covid-19 di tengah masyarakat. Metode pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang diterapkan pemerintah dianggap sebagai tantangan tersendiri.
Pembelajaran secara online harusnya mendorong siswa menjadi kreatif, mengakses sebanyak mungkin ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya. Bukan membebani siswa dengan tugas yang bertumpuk setiap hari. Banyak faktor yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran daring ini, diantaranya :
1. Penguasaan teknologi yang masih rendah, harus diakui tidak semua guru menguasai teknologi terutama guru generasi 80-an yang pada masa mereka penggunaan teknologi belum begitu tampak. Keadaan hampir sama juga dialami oleh para siswa, tidak semua siswa terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan teknologi sehingga mereka harus rebutan dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran dan bahkan mereka tidak dikenalkan teknologi dalam pembelajaran.
2. Jaringan internet, pembelajaran online tidak lepas dari penghunaan jaringan internet, penggunaan jaringan seluler terkadang terkadang tidak stabil karena letak tempat tinggal yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.
3. Biaya, jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran daring menjadi masalah tersendiri. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak.
Kita bisa melihat kesenjangan ini dengan melihat perbedaan kecepatan internet diberbagai daerah. Orang-orang dipusat kota sering menikmati internet yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah yang kurang berkembang.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada siswa SD, SMP, dan SMA saja tapi juga berdampak pada Perguruan Tinggi. Mahasiswa, khususnya yang merantau, akan berada dalam kondisi kerentanan baik secara sosial maupun ekonomi. Mahasiswa perantau yang keluar dari daerah asalnya untuk menuntuk ilmu jumlahnya terbilang sangat besar. Kebijakan pembelajaran sistem daring yang kini diterapkan sebenarnya membuka peluang mahasiswa belajar darimana pun, salah satunya dri rumah. Pembelajaran daring hingga batas waktu yang belum ditentukan bisa menjadi kesempatan mahasiswa untuk pulang kampung halaman mereka masing-masing dalam waktu yang cukup panjang. Satangnya tidak semua mahasiswa bisa pulang ke kampung halamannya, berbagai hal menjadi alasan bagi mahasiswa untuk tetap tinggal di daerah rantau tempat mereka menuntut ilmu.
Alasan pertama, pembatasan di daerah asal mereka , kebijakan tiap-tiap daerah untuk melakukan lockdown lokal menjadi hambatan bagi mahasiswa. Apalagi bagi mereka yang kuliah di daerah zona merah Covid-19, peraturan ketat akan diterapkan bagi warganya yang datang dari zona merah tersebut, misalnya dadi jakarta. Kedua, bagi mahasiswa yang berasal dari daerah pelosok, boleh jadi keterbatasan kualitas jaringan internet membuat mereka berpikir ulang untuk kembali ke kampung halamannya.
Semua ini adalah cara tuhan dalam menjalankan roda kehidupan di dunia ini, semoga kita semua bisa semakin baik menjalani kehidupan di akhir zaman ini. Aamiin. (*)
 
Triliana S Utina, Penulis

sumber:

Selasa, 02 Juni 2020

BAGAIMANA MENULIS ESAI ?



oleh : Cucu Agus Hidayat, S.Pd.,M.Pd.


Definisi Esai
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI), esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Secara umum, esai adalah sebuah tulisan prosais yang menyajikan gagasan subjektif-personal tentang suatu masalah berdasarkan sudut pandang pribadi penulisnya. Dengan pengertian lain, esai adalah tulisan berisi opini atau pendapat seseorang terhadap sebuah permasalahan aktual atau menarik perhatian. Tulisan jenis esai lebih mengutamakan ketajaman analisis, interpretasi, dan refleksi dengan kedalaman uraian disertai kekuatan argumentasi.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa esai merupakan tulisan prosa yang bersifat subjektif atau argumentatif dalam penyampaiannya. Sebuah esai merupakan suatu penilaian, pandangan, pendirian, atau evaluasi penulis terhadap suatu hal untuk kemudian diambil kesimpulan. Di dalam esai harus mengandung fakta atau fenomena yang dikritisi. Menulis esai bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar percaya terhadap pendapat, pendirian, atau penilaian kita tentang suatu hal. Dengan tujuan tersebut, pendapat yang dituangkan dalam esai hendaknya disertai dengan data-data atau fakta yang menunjang agar pembaca yakin terhadap pendapat penulis.
Esai ditulis dengan gaya dan ciri personal atau individual penulisnya. Gaya dan ciri itu menjadi pembeda pada setiap esai yang ditulis oleh setiap orang. Sebagai suatu bentuk karangan, esai dapat bersifat informal dan formal. Esai informal menggunakan bahasa populer, yaitu bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh banyak kalangan untuk berkomunikasi langsung dengan pembacanya. Adapun esai formal, menggunakan pendekatan yang agak serius. Dalam esai formal, pengarang menggunakan bahasa baku atau standar dan sangat memperhatikan persyaratan penulisan. Namun, baik esai informal maupun esai formal, penulis harus tetap menggunakan bahasa yang baik dan benar serta menghindari penggunaan bahasa figuratif, konotatif, atau bahasa kiasan agar tujuan menyajikan isi tulisan dapat dipahami dengan baik.

Ciri-ciri Esai
Pada umumnya, suatu karya tulis bisa digolongkan ke dalam bentuk esai, apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Tulisan dalam bentuk prosa (paparan) yang diwujudkan dalam sejumlah paragraf, bukan puisi dan bukan prosa fiktif.
2. Tulisan yang tidak terlalu panjang atau relatif singkat yang dapat dibaca dalam waktu singkat, tetapi padat dan membahas atau mengkaji sesuatu yang sedang hangat dibincangkan, menarik, atau penting untuk dibahas dan ditulis.
3. Tulisan personal yang subjektif tentang sesuatu masalah aktual, menarik, dan penting dengan kekuatan analisis, interpretasi, dan refleksi.
4. Tulisan yang bersifat formal dan informal dengan membawa ciri personal, nada pribadi, dan gaya khas sesuai dengan karakter penulisnya yang berbeda dengan penulis lain.
5. Tulisan yang berisi pendapat, pandangan, pikiran, sikap, pendirian penulis tentang suatu hal untuk diperbincangkan dengan fakta, ketajaman gagasan, dan kekuatan argumentasi.
6. Tulisan yang memiliki tiga struktur umum, yaitu pendahuluan/pengantar, isi, dan penutup/kesimpulan.

Struktur Esai
Sebuah esai setidaknya harus mencakup tiga unsur, yaitu pendahuluan/pengantar (introductory), isi (body), dan penutup/kesimpulan (concluding). Untuk mempermudah pemahaman dalam penulisan, sebaiknya esai ditulis dengan menggunakan pola pikir penataan paragraf. Dalam sebuah paragraf teradapat tiga kompenen utama, yaitu kalimat pokok/utama, kalimat-kalimat pengembang/penjelas, dan kalimat penegas. Dalam esai terdapat paragraf pembuka/pengantar/pendahuluan (introductory paragraph), paragraf-paragraf isi (body paragraphs), dan paragraf penutup (concluding paragraph). Berikut ini salah satu contoh struktur esai.
Paragraf Pendahuluan/Pengantar:
-Kalimat utama berisi gagasan pokok tentang topik.
-Kalimat-kalimat penjelas/pengembang berupa gagasan, pendapat, sakap yang mendukung gagasan utama.
-Kalimat penegas
Paragraf-paragraf Isi Esai:
-Kalimat utama
-Kalimat-kalimat penjelas
-Kalimat penegas
-Kalimat utama
-Kalimat-kalimat penjelas
-Kalimat penegas
(Semua paragraf isi menjelaskan, memaparkan, mengupas, memerikan gagasan utama dan gagasan penjelas pada paragraf pendahuluan).
Paragraf Penutup:
-Kalimat utama
-Kalimat-kalimat penjelas
-Kalimat penegas
(Paragraf penutup berisi kesimpulan/ rangkuman).
Pada struktur itu, bagian pendahuluan atau pengantar dituangkan dalam satu atau dua paragraf. Isi bagian pengantar berupa pernyataan topik atau pokok masalah yang berfungsi mendudukan inti bahasan dan memberi gambaran umum tentang isi kepada pembaca. Bagian ini menjadi inti dan kendali uraian pada bagian selanjutnya. Fungsi bagian pendahuluan  ialah : memberi identitas masalah yang dibahas, menarik perhatian pembaca, memberi indikasi gagasan yang akan diungkapkan, menunjukkan bagaimana masalah akan dipaparkan, dan memberi kerangka berpikir tentang  masalah yang akan dibahas. Pada bagian pengantar, sebaiknya tidak menggunakan bullet atau numbering, tetapi dalam bentuk paragraf. Inisiatif penulisan bagian pengantar bisa dalam bentuk pernyataan universal, analogi, anekdot, kutipan, kondisi umum, informasi ganjil, pertanyaan, kata kiasan, temuan data, definisi, atau putar balik.
Bagian isi esai (body paragraphs) berisi sekumpulan paragraf yang menguraikan gagasan pokok pada paragraf pengantar dengan pendapat, pikiran, pendirian, penilaian, analisis, interpretasi, pembahasan yang bertujuan menjelaskan topik atau pokok masalah yang sudah dikemukakan pada bagian pendahuluan. Gagasan, opini, interpretasi, pembahasan penulis disertai fakta dan argumentasi yang kuat dan ditambah dengan wawasan dan kreativitas berfikir. Hal ini akan menguatkan isi esai yang kita tulis. 
Dalam menulis bagian isi, sangat penting untuk menyusun struktur isi sebaik mungkin. Perlu dibuat susunan isi yang berkaitan dengan setiap bagian yang terdapat pada bagian pendahuluan. Apabila pada bagian pendahuluan telah ditulis kalimat-kalimat pokok masalah, maka uraian bagian isi terfokus pada masalah tersebut. Pada bagian isi, setiap paragraf harus mengusung kepaduan (unity), yaitu mengupas topik utama; memiliki kesatuan ide (coherence), yaitu mendemonstrasikan kebertalian dan kelogisan ide atau alur pikir; dan kontrol ide agar tidak melebar ke luar topik. Pengembangan bagian isi bisa disusun dengan beragam cara, yaitu dengan : uraian contoh, klasifikasi, cause-effect, perbandingan, kronologis, atau deskripsi.
Bagian penutup atau kesimpulan (concluding paragraph) berisi konfirmasi/pernyataan ulang, rangkuman, atau kesimpulan akhir, yang berisi ringkasan yang mencakup keseluruhan isi esai, juga merupakan penutup esai. Paragraf pada bagian penutup bisa disajikan dengan beragam cara, antara lain dengan : menyatakan ulang poin-point penting, generalisasi permasalahan, simpulan dulu-ke-kini, penilaian situasi terkini, pengharapan, spekulasi, kutipan, prediksi, dan lain-lain.

Tipe-Tipe Esai
Esai ditulis untuk tujuan komunikatif yang dapat disusun dalam berbagai bentuk dan sifat tulisan. Berdasarkan peruntukan dan bentuknya, esai dikembangkan dalam beberapa tipe atau jenis, yaitu : deskriptive, report, explanation, exposition, discussion, procedure, review, narrative, spoof, recount, anecdote, dan new item. Selain itu, dilihat dari tipe lainnya, esai memiliki  jenis lain, yaitu : esai deskriptif, esai tajuk, esai cukilan watak, esai pribadi, esai reflektif, dan esai kritik.
Esai desktiptif bertujuan menuliskan subjek atau segala objek yang menarik perhatian penulis. Penulis mendeskripskan sebuah rumah, tempat rekreasi, sekolah, pemandangan, atau yang lainnya. Sementara, esai tajuk dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai suatu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap suatu topik dan isu dalam masyarakat. Dengan esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca.
Selanjutnya, esai cukilan watak. Esai jenis ini membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Sementara, esai pribadi hampir sama dengan cukilan watak. Akan tetapi, esai jenis ini menulis diri sendiri dengan mengatakan saya, saya adalah saya, atau menggunakan kata saya dalam tulisannya.
Selanjutnya, esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis menggunakan dengan dalam, sungguh-sungguh, serius tentang topik penting yang berhubungan dengan masalah kehidupan atau kemanusiaan. Misalnya, politik, pendidikan, pembangunan, hakekat manusiawi, dan lain-lain. Esai jenis ini umumnya ditulis oleh kalangan intektual dengan sasaran pembaca tertentu. Terakhir, esai kritik. Dalam esai kritik, penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni dan budaya. Misalnya analisis kritis terhadap karya seni lukis, seni tari, seni pahat, seni teater, dan karya sastra dengan menggunakan berbagai pendekatan. Esai jenis ini berguna untuk mengetahui suatu karya dan membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni dan budaya.

Cara Menulis Esai
Menulis esai tidak terlalu sulit, apalagi jika tema tulisan sudah ada, bahan tulisan sudah tersedia, struktur tulisan sudah disusun. Agar menulis esai berjalan dengan lancar, maka diperlukan aktivitas prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Pada prapenulisan, kita harus menentukan tema dan tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun outline sebagai urutan inti aktivitasnya. Selanjutnya, tahap penulisan dengan mengembangkan tema sesuai tujuan dan memperhatikan outline. Selanjutnya, pada tahap pascapenulisan, dilakukan editing dan revisi serta penulisan ulang. Berikut ini uraian singkat prosedurnya.
1. Menentukan Tema/Topik
Tema tulisan bisa diambil sebagai pilihan dari tema yang ada atau sebuah tema sebagai ketentuan. Apabila tidak ada tema/topik yang ditentukan untuk ditulis, maka kita mencari dan menentukan tema secara mandiri. Dalam hal ini, seringkali kita bingung dalam menentukan tema. Untuk mengatasi masalah tersebut, disarankan agar kita memilih tema tulisan yang menarik perhatian kita, yang disukai, yang dikuasai, dan yang dipahami. Sehingga, kita akan lebih mudah membuat esai. 
2. Menentukan tujuan tulisan
Tujuan tulisan cukup penting untuk diperhatikan agar tulisan menjadi lebih terarah atau fokus. Apabila telah mengetahui tujuan menulis esai, tentu akan memudahkan kita dalam mencari inspirasi, membuat analisis, memberikan interpretasi, membuat argumen, atau menyusun uraian isi yang akan disajikan.
3. Merumuskan masalah dan melakukan riset data
Merumuskan masalah berarti menganalisis isu apa yang akan diangkat dalam tema/topik yang akan ditulis. Dalam hal ini, perlu dilakukan pengembangan gagasan agar esai bisa menyakinkan pembaca. Pengembagan gagasan dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain dengan membaca beberapa referensi yang relevan dan melakukan riset untuk mencari data atau fakta yang dapat mendukung opini yang kita bangun dalam esai. Sumbernya bisa berasal dari media cetak atau elektronik, buku, tinjauan langsung atau observasi, dan lain-lain. Pertanyaan yang patut diajukan sebagai bahan pertimbangan ialah : apakah bacaan/data ini bermanfaat bagi topik atau gagasan saya? Apakah dapat mendukung gagasan saya? Apakah saya harus membaca sumber lain agar dapat menjawab dan menguraikan tema esai? Apakah sumber bacaan dan data sudah cukup memadai untuk memperkuat kesimpulan yang akan ditulis?
4. Membuat Outline (Kerangka Tulisan)
Tema atau topik ibarat clue dalam tulisan, sedangkan outline ibarat desain atau blue print dalam tulisan. Outline disusun untuk memastikan apakah semua ide yang akan ditulis cukup lengkap,  apakah semua ide kohesif, apakah semua ide disusun dengan sistematis, apakah urutan ide itu logis? 
Outline dapat disusun dalam bentuk kerangka topik atau kerangka kalimat. Dalam outline harus diperhatikan kesederajatan logis, kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah menulis esai, sehingga esai koheren dan tidak keluar jalur dari topik yang dibahas. Selain itu, outline digunakan untuk membuat tulisan menjadi terorganisir dengan menyusun opini dan data ke dalam satu kesatuan.
5. Menulis Esai
Esai ditulis berdasarkan ouline yang telah dibuat. Ikutilah struktur kerangka saat menulis esai secara sistematis dengan memperhatikan bagian pendahuluan, isi/ pembahasan, dan penutup/kesimpulan. Gunakan bahasa yang baik dan benar. Perhatikan penggunaan ejaan, tanda baca, dan diksi yang baik. Gunakan kalimat efektif dan paragraf-paragraf yang baik.
6. Mengedit esai yang telah ditulis
Editing dilakukan untuk memeriksa apakah esai yang kita tulis sudah baik, yaitu dengan memeriksa apakah ide-ide yang ditulis koheren, apakah diksi yang digunakan tepat, apakah kalimat yang digunakan efektif, apakah ejaan dan tanda baca sudah benar, dan lain-lain. Aspek yang diperiksa berkaitan dengan mekanika, bahasa, dan isi dari esai. Kadang-kadang ada perubahan sudut pandang isi yang masih perlu diperkuat dengan sumber baru. Setelah esai diedit, langkah selanjutnya menulis ulang dan melengakapi esai dengan referensi. Cantumkan semua sumber yang dikutip dalam daftar pustaka atau dalam bentuk footnote. Tulis juga identitas penulis esai secara singkat. 
Selamat menulis esai. Literasi maju, pendidikan istimewa.

***
*) Pengurus Komunitas Literasi Purbasari Disdik, Pengurus PGRI Kab. Purwakarta, Kepala SMPN 1 Maniis Purwakarta.

Referensi:
Agus Hidayat, Cucu dan Rikrik Halimatussadiah. 2017. Cara Gampang Menulis Artikel Jurnal Ilmiah. Bandung : MG. Publisher.
Djuharie, Otong Setiawan. 2009. Teknik dan Panduan Menulis Melalui Eksplorasi Model dan Latihan, Essay Writing, Book 3. Bandung : Yrama Widya.
Parera, Jos. Daneil. 1987. Menulis Tertib dan Sistematik, Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga


Sumber: