Senin, 30 Maret 2020

Puisi-Puisi Alexander Pushkin (terjemahan Ladinata Jabarti)





Kucintai Kau


Engkau kucintai; cinta, barangkali;
Belum begitu sirna di jiwaku;
Tetapi biarkanlah ia lebih banyak tidak mengusikmu;
Aku tak mau mendukakanmu sebintik pun
Engkau kucintai dengan diam-diam, dengan tanpa pengharapan,
Kadang dengan ketakutan, kadang dengan hasad
kita menyiksanya
Kucintai kau dengan tulus yang sangat,
dengan lembut yang sangat
Demikianlah Tuhan menganugrahimu
untuk dicintai oleh yang lain


1829





Arrivederci


Dengan seberaninya, buat yang penghabisan kalinya
Aku membelai-belai wajahmu yang kekasih di dalam pikiran,
Membangkitkan impian dengan kekuatan hati
Dan dengan rasa takut yang lemah dan
Dengan kemuraman mengenang cinta bagimu.
Tahun-tahun kita saling silih berganti berkejaran
Mengubah segalanya, mengubah kita
Tentunya engkau dengan pakaian gelap perkabungan
Diperuntukkan bagi penyairmu
Dan sahabatmu ini telah mati untukmu.
Damaikanlah sahabatku yang jauh
Rasa berpisah hatiku
Bagaikan seorang istri yang tanpa suami
Bagaikan seorang sahabat,
Yang memeluk sahabatnya dengan diam-diam
Menjelang pemenjaraannya


1830




Aku Di Sini, Inesilla


Aku di sini, Inesilla,
Aku di sini di bawah jendela.
Sevilla direngkuh
Kegelapan dan mimpi.
Kegagahan menjejali aku,
Aku diselubungi jubah hujan,
Dengan sebilah gitar dan pedang
Aku di sini di bawah jendela.
Kau tidurkah? Dengan bunyi gitar
Kau bakal aku bangunkan.
Lelaki tua-kah yang bangkit dari tidurnya,
Dengan pedang aku akan baringkan dia.
Tingkap sutra
Pasangkan di jendela…
Mengapa kau berlama?.. Tidakkah ada
Orang lain di sini?..
Aku di sini, Inesilla,
Aku di sini di bawah jendela.
Sevilla direngkuh
Kegelapan dan mimpi.


1830




Persembahan Kepada Seseorang


Aku ingat keselintasan yang memberi takjub:
Engkau muncul di hadapanku
Bagai pemandangan yang sepintas lalu
Bagai rupawanan sejati yang begitu pintar.
Dalam kelelahan kesedihan yang tanpa pengharapan,
Dalam kecemasan kesia-siaan yang ramai,
Suara yang lembut lama memanggilku
Dan sifat-sifat yang jelita saling mengimpikan.
Tahun-tahun berlalu.
Tiupan angin badai melawan
Menghilangkan impian-impian yang dulu,
Dan aku melupakan suaramu yang lembut,
Sifat-sifat surgamu.
Di pelosok yang sudut, di dalam kegelapan pemenjaraan
Dasar hatiku menggeliat lirih.
Tanpa kedewaan, tanpa inspirasi,
Tanpa butiran air mata, tanpa kehidupan,
Tanpa kecintaan.
Rasa untuk bangun mulai datang kembali di dalam jiwa
Dan sekali lagi engkau muncul
Bagai pemandangan yang sepintas lalu
Bagai kebagusan cerah yang begitu pintar.
Dan hati dihempas dalam kegiuran yang sangat
Dan kedewaan, dan inspirasi
Dan hidup, dan butiran air mata
Dan cinta
Menghidupkan kembali hati sekali lagi.


1825




Malam Hari


Untukmu, suaraku yang halus dan lelah
Mengusik kebisuan larut dari malam gelap
Lilin yang sedih di dekat peraduanku
Bersinaran; sajak-sajakku, bersenyawaan dan berdeburan,
Beraliran, anak sungai kasih sayang, beraliran, dijejali olehmu
Dalam kegulitaan matamu bercahayaan di depanku,
Bersenyuman padaku – dan aku mendengar suara-suara:
Karibku yang lembut, karibku … kau aku asmarai
Dan aku adalah milikmu
adalah milikmu


1813




Demi Tepian Pantai Tanah Negeri Yang Jauh


Demi tepian pantai tanah negeri yang jauh
Kau tinggalkan tempat lain;
Di detik-detik yang tak terlupakan, di detik-detik yang menyedihkan
Aku menangis begitu lama di depanmu.
Tanganku yang terasa dingin
Berusaha menahankanmu;
Keluh rintihku memohon-mohon kepadamu untuk tidak menghentikan
Rasa ngilu berpisah yang mengerikan.
Tetapi kau, lantaran ciuman yang menyusahkan hati
Mengatupkan kedua bibirmu;
Dari tempat pelarian yang suram
Kau memanggilku ke tempat yang lain.
Kau katakan: “Di hari bersua
Di bawah langit biru yang kekal,
Di dalam bayangan pohon-pohon zaitun dan ciuman cinta
Kita sekali lagi, kawanku, akan bersatu.”
Tetapi di sana, di mana lengkung langit
Bercahayaan di dalam kilauan membiru,
Di mana bayang pohon-pohon zaitun jatuh di atas air,
Kau tertidur dengan mimpimu yang penghabisan.
Kecantikanmu, penderitaanmu
Lenyap di dalam jambangan abu mayat –
Dan dengan kecantikan dan derita, ciuman pertemuan sirna
Tetapi aku menantikan sentuh cium itu; yang memanggil-manggilmu


1830




Bukit Georgia


Di bukit-bukit Georgia kegelapan malam merentang;
Aragva mericik lirih di hadapanku.
Aku merasa sayu dan mudah; kedukaanku berpancaran;
Kedukaanku dipenuhi olehmu,
Kecuali olehmu; olehmu seorang
Tidak ada yang menyiksa kemurunganku,
Tidak ada yang mengusik,
Dan hati sekali lagi kembali menyala
Dan mencintai – sebab itulah,
Hati tidak sanggup tidak mencintai.


1829




*Puisi-Puisi Alexander Sergeyevich Pushkin ini diterjemahkan oleh Ladinata Jabarti. Penerjemah pernah menimba bahasa Rusia langsung dari negeri Beruang Merah. Kini ia mengajar Sastra dan Bahasa di Universitas Padjajaran, Bandung.

Telah mengeluarkan dua buku penerjemahan kesusastraan Rusia: Pertimbangan Cinta (2010) dan Cinta Pertama (2017).







**Alexander Sergeyevich Pushkin, dipandang sebagai sastrawan besar Rusia bukan hanya karena sejumlah karya yang dia hasilkan seperti puisi The Bronze Horseman, The Stone Guest, Mozart and Salieri, atau karya favoritnya Eugene Onegin.  Lebih dari itu, dia diakui sebagai peletak dasar bahasa Rusia modern. Bahasa yang digunakan dalam berbagai karya Pushkin menjadi benchmark yang diikuti sastrawan-sastrawan Rusia yang hidup setelahnya, seperti Ivan Turgenev, Ivan Goncharov dan Leo Tolstoy. Muridnya, Nikolai Gogol begitu mengagungkan Pushkin.



Sumber: