Nuriman N Bayan
DI AIR SENTOSA
Ada
yang diam-diam membaca langit sore
memandangi
titik cahaya yang memanjang
berlahan
turun ke ake santosa. Apa yang indah
ketika
itu? Selain pelangi masuk ke mata lelaki
tujuh
bidadari tampak berselendang warna-warni.
Barangkali
pohon dan bebatuan itu adalah saksi
ketika penantian menjadi persembunyian
ketika cahaya pelangi berlahan memudar
tentu, si bungsu yang kehilangan selendang
harus ditinggalkan bersama air mata di pipinya.
Namun perpisahan adalah pertemuan
saat lelaki keluar dari persembunyian
saat hati si bungsu menjadi lapang
barangkali dari pertemuan itulah
Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate
lahir dan tumbuh
menjadi Maluku
menjadi Kie Raha.
Morotai, 08 Maret 2019.
Catatan:
Asal Muasal Kesultanan Maluku Utara
Nuriman N Bayan
AIR MATA YANG BIRU
Setelah ke seberang perahu membawamu
aku jojarumu yang
terlalu setia, kekasihku
begitu lama mata ini menjadi bendungan
membangun keyakinan demi keyakinan
agar cinta yang bergelora tetap bersahaja
tapi perempuan siapa yang
sanggup menampung air mata
ketika kekasihnya pulang bukan kembali?
Aku tak sanggup, memeluk kehilangan, kekasihku.
Maka biarlah air mata ini lepas
sebagaimana pantai itu melepasmu pergi
dan aku merasakan laut biru yang kau layari itu
adalah air mataku yang kelak menjadi mata air
bening yang kini menenggelamkan aku
bersama janji dan mimpi kita yang biru.
Morotai, 20 Februari 2019.
Catatan:
Jojarumu:
nona/perempuanmu
Telaga Biru: salah satu telaga di di Galela, Kab. Halmahera Utara.
Konon, timbul dari patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata, mengalir
dan mengalir menjadi sumber mata air.
Nuriman N Bayan atau
lebih dikenal dengan Abi N. Bayan lahir di desa Supu Kec. Loloda Utara, Kab.
Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, pada 14 September 1990. Anak dari Hi.
Naser Dano Bayan dan Rasiba Nabiu. Saat ini menjadi Pembina Komunitas
Parlamen Jalanan Maluku Utara (Komunitas Teater) dan Komunitas
Penulis Tepi. Buku puisi bersamanya, antara lain: Kita
Halmahera, Kitab Puisi Penyair Maluku Utara, Mengunyah Geram, Rumah
Seribu Jendela, Ombak Ombak Tepi, Soekarno dan Wong Cilik Dalam Puisi, Senja
Langit Jatigede, Negeri Bahari, Senyuman Lembah Ijen, Embun-embun Puisi, Bait
Kisah Musim Hujan dan pernah terbit di Majalah Simalaba, Majalah
Mutiara Banten serta di beberapa surat kabar (Lampung Post,
Bangka Post, Posko Malut, Kabar Harian Madura) juga terpublikasi di beberapa
media online. Kini tinggal di Ternate.
Sumber:
Buku "DONGENG NUSANTARA DALAM PUISI", Daru Maheldeswara, dkk (Temalitera, 2019) ISBN: 978-602-0769-49-3.