Para pemenang Sayembara Sastra Naskah Lakon
yang digelar Dewan Kesenian
Jawa Timur (Terakota/Zainul Arifin)
|
Tradisi kesusastraan di Jawa Timur marak
sejak dulu, yang didominasi naskah puisi dan prosa cerita pendek. Kini ada
sejumput harapan lahirnya naskah lakon yang turut mengisi ruang kesusastraan di
provinsi paling timur pulau Jawa.
Harapan muncul seiring digelarnya
Sayembara Naskah Lakon oleh Dewan Kesenian Jawa Timur. Jumlah peserta melampaui
perkiraan awal panitia. Semula diprediksi hanya sekitar 25 penulis yang
mendaftar. Ternyata sampai batas akhir sayembara, panitia menerima 40 naskah
lakon kiriman para penulis dari berbagai daerah di Jawa Timur.
“Ini di luar ekspektasi kami.
Banyak nama penulis baru yang mengirim naskah,” kata Ketua Komite Sastra Dewan
Kesenian Jawa Timur, Yusri Fajar di Malang, Senin malam, 10 Desember 2018.
Malam itu, digelar Anugerah
Pemenang Sayembara Sastra Naskah Lakon di Movimax Dinoyo City Mall, Kota
Malang. Naskah masuk disaring hingga enam naskah terbaik. Lantas ditentukan
juara 1,2,3 dan nominator finalis 1,2 dan 3. Sayembara, bagian dari ikhtiar
menghidupkan kreatifitas serta mengidentifikasi penulis naskah lakon di Jawa
Timur.
Tradisi kesusastraan di Jawa Timur
sebenarnya cukup semarak. Menurut Yusri, selama ini sastra naskah lakon kalah
jauh dibanding dengan dengan karya puisi dan prosa cerpen. Padahal di provinsi
ini banyak penulis naskah maupun pegiat teater seperti Akhudiat, Sinwan, dan
lain sebagainya.
“Melalui sayembara ini kami
mendorong munculnya sastrawan dan karya berkualitas di naskah lakon,” ucap
Yusri.
Daya kreatifitas dan produktivitas
para penulis naskah lakon ini diharapkan tak berhenti di tingkat sayembara
semata. Tapi juga terus berkarya melahirkan naskah – naskah baru. Naskah lakon
pemenang sayembara yang digelar Dewan Kesenian Jawa Timur akan disosialisasikan
di ruang diskusi.
“Sayembara ini adalah intervensi
kami agar semakin banyak penulis naskah lakon,” kata Ketua Dewan Kesenian Jawa
Timur, Taufik Hidayat.
Pria yang karib disapa Taufik
Monyong ini menambahkan, pasca sayembara ini yang jadi tugas selanjutnya adalah
mendampingi para penulis naskah sampai pada proses pementasan. “Tak menutup
kemungkinan juga dipentaskan. Sehingga ke depan bisa semakin matang,” katanya.
Sayembara naskah lakon yang digelar
Dewan Kesenian Jawa Timur ini melibatkan dewan juri yang mumpuni. Yakni
Profesor Djoko Saryono, Dr. Koko Hari Pramono dan R Giryadi. Juri pun
mengapresiasi banyaknya naskah yang masuk ke panitia sayembara. Sekaligus
memberikan evaluasi kritis pada seluruh penulis naskah lakon tersebut.
Salah seorang dewan juri, R Giryadi
mengatakan, Sayembara Naskah Lakon ini dapat memicu karya sejenis lainnya agar
kembali bermunculan. Sebab sejak awal 2000-an, penulis naskah lakon di Jawa
Timur cenderung menurun.
“Melalui sayembara ini muncul
penulis muda berbakat. Ini harus didorong lagi agar lebih produktif dalam
menulis maupun di seni pertunjukkan,” papar Giryadi.
Sebenarnya, tradisi kesusatraan
berupa naskah lakon di Jawa Timur sudah ada sejak lama. Beberapa tokohnya
adalah Akhudiat, Basuki Rahmat, Harjono WS dan lain sebagainya. Akhudiat bahkan
pernah memenangkan penghargaan penulisan naskah drama di Dewan Kesenian Jakarta
pada 1970an silam. Tapi sayangnya, para tokoh itu tak bisa menularkan ilmunya
kepada para generasi selanjutnya.
“Aspek
naskah di Jatim minim sekali. Teater di sini banyak yang mengadaptasi berbagai
naskah babon karya Putu Wijaya dan rekan-rekannya,” ujar Giryadi.
Penilaian
dewan juri terhadap 40 karya naskah lakon yang masuk ke panitia sayembara
berdasarkan beberapa aspek. Mulai dari sisi kesusastraan sampai aspek logika
naskah jika dipentaskan. “Banyak yang terjebak menulis layaknya novel. Teknik
ungkapnya dan setting lokasi mungkin atau tidak jika dipentaskan,” tutur
Giryadi.
Dari aspek
kesusastraan misalnya, ada penulis naskah yang kurang cakap dalam tata bahasa.
Sehingga terjadi pengulangan, tidak efektif dari sisi penulisan maupun tak
sesuai kaidah bahasa yang baik dan benar. Cukup bagus dalam menulis alur dan
plot, tapi pemilihan tokoh tampak serampangan dalam memilih nama lakon.
“Seni
pertunjukan itu menggunakan bahasa simbol. Pemilihan nama harus memperhitungkan
aspek sosiologis maupun antropologis,” ucap Giryadi.
Meski
demikian, ada potensi besar dari Sayembara Naskah Lakon ini. Munculnya para
penulis muda berbakat yang harus terus didorong agar melahirkan karya
berkualitas. Ruang kreatif itu juga membutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder.
Dari 40
naskah lakon yang masuk itu, terpilih 6 besar sekaligus juaranya. Keenam naskah
dan nama penulisnya itu adalah berikut ini :
Juara 1 :
Fajar Laksana (Mojokerto) dengan judul naskah Nirwana Pratima
Juara 2 :
Byta Indrawati (Surabaya) dengan judul naskah Ruang Ungkap
Juara 3 :
Yusril Ihza Fauzul (Surabaya) judul naskah Lahirnya Kematian
Nominasi
Pilihan 1 : Anjrah Lelono Broto (Mojokerto) judul naskah Nyonya Cayo
Nominasi
Pilihan 2 : Taruna Perkasa Putra (Jember) judul naskah Black Man
Nominasi
Pilihan 3 : Eka Wijayanti (Kota Malang) judul naskah Dharma Bakti Sang Puspa
Negeri
sumber:
https://www.terakota.id/geliat-sastra-naskah-lakon-di-jawa-timur/