Selasa, 12 Februari 2019

Geliat Sastra Naskah Lakon di Jawa Timur


Para pemenang Sayembara Sastra Naskah Lakon 
yang digelar Dewan Kesenian Jawa Timur (Terakota/Zainul Arifin)

Tradisi kesusastraan di Jawa Timur marak sejak dulu, yang didominasi naskah puisi dan prosa cerita pendek. Kini ada sejumput harapan lahirnya naskah lakon yang turut mengisi ruang kesusastraan di provinsi paling timur pulau Jawa.
Harapan muncul seiring digelarnya Sayembara Naskah Lakon oleh Dewan Kesenian Jawa Timur. Jumlah peserta melampaui perkiraan awal panitia. Semula diprediksi hanya sekitar 25 penulis yang mendaftar. Ternyata sampai batas akhir sayembara, panitia menerima 40 naskah lakon kiriman para penulis dari berbagai daerah di Jawa Timur.
“Ini di luar ekspektasi kami. Banyak nama penulis baru yang mengirim naskah,” kata Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur, Yusri Fajar di Malang, Senin malam, 10 Desember 2018.
Malam itu, digelar Anugerah Pemenang Sayembara Sastra Naskah Lakon di Movimax Dinoyo City Mall, Kota Malang. Naskah masuk disaring hingga enam naskah terbaik. Lantas ditentukan juara 1,2,3 dan nominator finalis 1,2 dan 3. Sayembara, bagian dari ikhtiar menghidupkan kreatifitas serta mengidentifikasi penulis naskah lakon di Jawa Timur.
Tradisi kesusastraan di Jawa Timur sebenarnya cukup semarak. Menurut Yusri, selama ini sastra naskah lakon kalah jauh dibanding dengan dengan karya puisi dan prosa cerpen. Padahal di provinsi ini banyak penulis naskah maupun pegiat teater seperti Akhudiat, Sinwan, dan lain sebagainya.
“Melalui sayembara ini kami mendorong munculnya sastrawan dan karya berkualitas di naskah lakon,” ucap Yusri.
Daya kreatifitas dan produktivitas para penulis naskah lakon ini diharapkan tak berhenti di tingkat sayembara semata. Tapi juga terus berkarya melahirkan naskah – naskah baru. Naskah lakon pemenang sayembara yang digelar Dewan Kesenian Jawa Timur akan disosialisasikan di ruang diskusi.
“Sayembara ini adalah intervensi kami agar semakin banyak penulis naskah lakon,” kata Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur, Taufik Hidayat.
Pria yang karib disapa Taufik Monyong ini menambahkan, pasca sayembara ini yang jadi tugas selanjutnya adalah mendampingi para penulis naskah sampai pada proses pementasan. “Tak menutup kemungkinan juga dipentaskan. Sehingga ke depan bisa semakin matang,” katanya.
Sayembara naskah lakon yang digelar Dewan Kesenian Jawa Timur ini melibatkan dewan juri yang mumpuni. Yakni Profesor Djoko Saryono, Dr. Koko Hari Pramono dan R Giryadi. Juri pun mengapresiasi banyaknya naskah yang masuk ke panitia sayembara. Sekaligus memberikan evaluasi kritis pada seluruh penulis naskah lakon tersebut.
Salah seorang dewan juri, R Giryadi mengatakan, Sayembara Naskah Lakon ini dapat memicu karya sejenis lainnya agar kembali bermunculan. Sebab sejak awal 2000-an, penulis naskah lakon di Jawa Timur cenderung menurun.
“Melalui sayembara ini muncul penulis muda berbakat. Ini harus didorong lagi agar lebih produktif dalam menulis maupun di seni pertunjukkan,” papar Giryadi.
Sebenarnya, tradisi kesusatraan berupa naskah lakon di Jawa Timur sudah ada sejak lama. Beberapa tokohnya adalah Akhudiat, Basuki Rahmat, Harjono WS dan lain sebagainya. Akhudiat bahkan pernah memenangkan penghargaan penulisan naskah drama di Dewan Kesenian Jakarta pada 1970an silam. Tapi sayangnya, para tokoh itu tak bisa menularkan ilmunya kepada para generasi selanjutnya.
“Aspek naskah di Jatim minim sekali. Teater di sini banyak yang mengadaptasi berbagai naskah babon karya Putu Wijaya dan rekan-rekannya,” ujar Giryadi.
Penilaian dewan juri terhadap 40 karya naskah lakon yang masuk ke panitia sayembara berdasarkan beberapa aspek. Mulai dari sisi kesusastraan sampai aspek logika naskah jika dipentaskan. “Banyak yang terjebak menulis layaknya novel. Teknik ungkapnya dan setting lokasi mungkin atau tidak jika dipentaskan,” tutur Giryadi.
Dari aspek kesusastraan misalnya, ada penulis naskah yang kurang cakap dalam tata bahasa. Sehingga terjadi pengulangan, tidak efektif dari sisi penulisan maupun tak sesuai kaidah bahasa yang baik dan benar. Cukup bagus dalam menulis alur dan plot, tapi pemilihan tokoh tampak serampangan dalam memilih nama lakon.
“Seni pertunjukan itu menggunakan bahasa simbol. Pemilihan nama harus memperhitungkan aspek sosiologis maupun antropologis,” ucap Giryadi.
Meski demikian, ada potensi besar dari Sayembara Naskah Lakon ini. Munculnya para penulis muda berbakat yang harus terus didorong agar melahirkan karya berkualitas. Ruang kreatif itu juga membutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder.
Dari 40 naskah lakon yang masuk itu, terpilih 6 besar sekaligus juaranya. Keenam naskah dan nama penulisnya itu adalah berikut ini :
Juara 1 : Fajar Laksana (Mojokerto) dengan judul naskah Nirwana Pratima
Juara 2 : Byta Indrawati (Surabaya) dengan judul naskah Ruang Ungkap
Juara 3 : Yusril Ihza Fauzul (Surabaya) judul naskah Lahirnya Kematian
Nominasi Pilihan 1 : Anjrah Lelono Broto (Mojokerto) judul naskah Nyonya Cayo
Nominasi Pilihan 2 : Taruna Perkasa Putra (Jember) judul naskah Black Man
Nominasi Pilihan 3 : Eka Wijayanti (Kota Malang) judul naskah Dharma Bakti Sang Puspa Negeri



sumber:
https://www.terakota.id/geliat-sastra-naskah-lakon-di-jawa-timur/