Tuhan Baik, Ibu
karena Tuhan baik,
tak pernah anakmu meminta engkau, Ibu
menghafal nama juga nasibnya
namun kau mengingatnya seindah Al Fatihah
hingga anakmu mengukir dosa
pabila alpa menulis di buku doa-doanya
karena Tuhan baik,
tak sedikit pun anakmu meminta engkau, Ibu
singkirkan rintang yang halangi
namun kau perkasa penuh kasih seperti
ababil di Al Fiil
hingga terang jalan anakmu
untuk bahagiakanmu di sekeranjang waktu
karena Tuhan baik,
kau dipercaya menjadi ibu
karena Tuhan baik,
aku dipercayakan menjadi anakmu
Jombang, 2015
tak pernah anakmu meminta engkau, Ibu
menghafal nama juga nasibnya
namun kau mengingatnya seindah Al Fatihah
hingga anakmu mengukir dosa
pabila alpa menulis di buku doa-doanya
karena Tuhan baik,
tak sedikit pun anakmu meminta engkau, Ibu
singkirkan rintang yang halangi
namun kau perkasa penuh kasih seperti
ababil di Al Fiil
hingga terang jalan anakmu
untuk bahagiakanmu di sekeranjang waktu
karena Tuhan baik,
kau dipercaya menjadi ibu
karena Tuhan baik,
aku dipercayakan menjadi anakmu
Jombang, 2015
Kerelaan Tokoh
Pada Pengarangnya
mustahil bagiku untuk kabur dari dalam
benakmu
dan atau berkeliaran bebas dari dalam puisi
cerpenmu
sebab, aku adalah emas intan
dari hidupmu
kau boleh mengunciku hanya dalam
benakmu
dan atau memeramnya dalam puisi-cerpenmu
tapi, aku takkan menjadi kerikil batu
dari cita-cintamu
Malang, 2015
benakmu
dan atau berkeliaran bebas dari dalam puisi
cerpenmu
sebab, aku adalah emas intan
dari hidupmu
kau boleh mengunciku hanya dalam
benakmu
dan atau memeramnya dalam puisi-cerpenmu
tapi, aku takkan menjadi kerikil batu
dari cita-cintamu
Malang, 2015
Ku Berteduh
Abadi di Rumah Penuh Luka
jikalau langit rumah telah menghitam
tak ada lagi bintang bersinar
cemburu berpijar dalam ujar
jejaring laba-laba di sudut kamar berayun
lapar
jaket kusam jatuh terlempar
hambar
barangkali akan ada jawab walau berpendar
dalam sekali dalam
kukupas kulit kepalaku pelahan
hingga kusua benak kelabu
memar, lebam. mengaduh, di lembar
cacatnya aforismamu
berikan usia hari walau satu
akan kuguna bestari di ulu jantung penuh
mau
berikan usia rindu meski lugu
akan kuseduh susu hangat di ilir paru nir
ragu
karena engkau adalah rumahku
dengan langit hitammu, engkau masih selalu
rumahku. takkan ada perpisahan itu.
malaikat datang dan pergi, iblis-dajjal berlari
lari
kuberteduh di atapmu, abadi.
Malang, 2015
tak ada lagi bintang bersinar
cemburu berpijar dalam ujar
jejaring laba-laba di sudut kamar berayun
lapar
jaket kusam jatuh terlempar
hambar
barangkali akan ada jawab walau berpendar
dalam sekali dalam
kukupas kulit kepalaku pelahan
hingga kusua benak kelabu
memar, lebam. mengaduh, di lembar
cacatnya aforismamu
berikan usia hari walau satu
akan kuguna bestari di ulu jantung penuh
mau
berikan usia rindu meski lugu
akan kuseduh susu hangat di ilir paru nir
ragu
karena engkau adalah rumahku
dengan langit hitammu, engkau masih selalu
rumahku. takkan ada perpisahan itu.
malaikat datang dan pergi, iblis-dajjal berlari
lari
kuberteduh di atapmu, abadi.
Malang, 2015
Dok. Tadarus Puisi 2016 (Disporabudpar Kab. Mojokerto) |
Anjrah Lelono
Broto, lahir di Jombang, Jawa Timur, 3 Juli 1979. Aktif
membuat esai, cerpen, serta puisi di sejumlah media masa, seperti Surya, Media
Indonesia, Pikiran Rakyat, Lampung Post, dan Riau Pos.Beberapa karyanya antara
lain Syukuran (naskah monolog, 1998), Blossom in the Wind (saduran naskah
teater, 1999), Lilih (antologi geguritan, 2004), Meletakkan Cinta pada Hati
(antologi puisi, 2013), Tasbih Hijau Bumi (antologi puisi, 2014), dan Emak,
Sayak, Lan Hem Kothak-Kothak (antologi cerpen berbahasa Jawa, 2015).
SUMBER:
https://klipingsastra.wordpress.com/category/puisi-dan-sajak-anjrah-lelono-broto/