Oleh Anjrah Lelono Broto*
A. CERPEN
1. Pengertian Umum Cerpen
Sebenarnya,
tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu cerpen. A. Bakar Hamid dalam
tulisan "Pengertian Cerpen" berpendapat bahwa yang disebut cerita
pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang
dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan
adanya satu kesan. Dari beberapa buku dan uraian yang layak
dijadikan pedoman, tampaknya pendapat pakar cerita pendek dunia, Edgar Allan
Poe, sangat cocok menjadi panduan- karena secara teoritis ia memenuhi kriteria
ilmiah, tetapi secara praktis ia dapat diaplikasikan. Pendapat yang
disederhanakan sebagai berikut:
Anjrah Lelono B. bersama dewan guru dan siswa SMPN 2 Kota Malang |
Pertama,
cerita pendek harus pendek dan memberi kesan secara terus-menerus hingga
kalimat terakhir. Berarti, cerita pendek harus ketat, tidak mengobral detail,
dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau
menampilkan problem.
Kedua,
cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik.
Menurut Poe ketunggalan pikiran dan aksi bisa dikembangkan lewat satu garis
dari awal sampai akhir. Di dalam cerita pendek tak dimungkinkan terjadi aneka
peristiwa digresi.
Ketiga, cerita
pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi,
bukan suatu bikinan, rekaan. Itulah sebabnya dibutuhkan suatu ketrampilan
khusus, adanya konsistensi dari sikap dan gerak tokoh, bahwa mereka benar-benar
hidup, sebagaimana manusia yang hidup.
Keempat,
cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik dan
menggoda, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Kesan selesai itu
benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa cerita itu telah tamat, sampai titik
akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, cerita benar-benar rampung berhenti di
situ.
2. Karakteristik Cerpen
Yang jelas,
karakteristik utama cerpen adalah pendek dan singkat. Di dalam cerita yang
singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak
jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang
paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu
diungkapkan di dalam cerita. Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu
pun hanya satu. Konfliknya pun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai,
konflik itu sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.
Karena
pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam
cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita. Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran
tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat
saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak
menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita
berakhir. Dan ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu
bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.
Dan karena
jumlah tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu
lama, kata-kata yang dipakai harus hemat, tepat dan padat, maka –diatara
karakteristik cerpen- tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat
saja.
3. Unsur-Unsur Dalam
Sebuah Cerpen
1.
Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen,
tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat.
Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.
Tidak mungkin sebuah cerita tidak
mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada
para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar
pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh
kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara
gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah
kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya.
Secara tradisional, tema itu bisa
dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti: 1. Kejahatan pada akhirnya akan
dikalahkan oleh kebaikan. 2. Persahabatan sejati adalah setia dalam suka dan
duka. 3. Cinta adalah energi kehidupan, karena itu cinta dapat mengatasi segala
kesulitan. Dan lain sebagainya.
2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang
menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Plot adalah –menurut Aswendo
Atmowiloto- sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya
dalam menghadirkan ide dasar.
Semua peristiwa yang terjadi di dalam
cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak
mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa. Dalam cerpen
biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian ditiadakan jalan
cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami.
3. Penokohan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita.
Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam
cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil
tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang
di dalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan
ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam;
sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh
ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1.Tindakan,
ucapan dan pikirannya
2.Tempat tokoh
tersebut berada
3.Benda-benda di
sekitar tokoh
4.Kesan tokoh
lain terhadap dirinya
5.Deskripsi
langsung secara naratif oleh pengarang
4. Latar
atau Setting
Yaitu segala keterangan mengenai waktu,
ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan
untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman
dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.
Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan
tema dan plot.
Cerpen saya, “Dang” yang mengambil setting
khas tanah Minangkabau pedesaan, dengan watak, budaya, emosi, kondisi geografi
yang sangat khas Minangkabau tentu akan menjadi lucu jika settingnya dipindah
di Gresik atau Surabaya. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan watak dan
karakter tokoh.
4.
Sudut Pandangan Tokoh
Di antara elemen yang tidak bisa
ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudah pandangan tokoh yang
dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang
yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini
sangat erat dengan teknik bercerita.
Sudut pandangan ini ada beberapa jenis,
tetapi yang umum adalah:
a.Sudut pandangan
orang pertama. Lazim disebut point of
view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”.
Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan
“saya”nya.
b.Sudut pandang
orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa
juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul”.
c.Sudut pandang
campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan
tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan
tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang
diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik
menggunakan teknik ini.
d.Sudut pandangan
yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk
menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini
membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk
cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan
teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan
menjadikan cerpen terasa menggurui.
e. Anatomi Cerita Pendek
Setelah mengerti betul definisi cerpen,
karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen,
maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum
menulis cerpen ada baiknya anda mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut
struktur cerita. Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya,
apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki
anatomi sebagai berikut: (1) situasi (pengarang membuka cerita)
(2) peristiwa-peristiwa terjadi (3) peristiwa-peristiwa memuncak (4) klimaks dan (5) anti
Klimaks.
Cerpen yang
baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang seimbang. Kelemahan
utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur cerita ini.
B. PUISI
Tak
pernah ada definisi yang paten dan tak terbantahkan untuk menemukan pengertian
puisi. Sehingga menemukan pengertian puisi bukanlah sesuatu yang akan dibincang
dalam tulisan ini, justru keberanian untuk menciptakan kebiasan menulis puisi
adalah tujuan sederhana tulisan ini.
Langkah pertama menulis puisi tentu saja diawali dengan tema. Pilihlah tema yang paling diminati. Cirinya Anda
menyukai tema tersebut, banyak informasi mengenainya, dan ada rasa senang
ketika membicarakannya. Sebagai contoh tema cinta. Dari tema cinta kita dapat memilih
sub-tema lainnya, seperti sedih, bahagia, kesetiaan, sakit hati, pengorbanan,
dan hal-hal yang berhubungan dengan cinta.
Judul
termasuk faktor penting dalam puisi. Inilah langkah-langkah dalam membuatnya.
- Buatlah dalam sebuah kalimat
- Buatlah 5 judul dengan kalimat lain namun idenya sama
- Pilihlah salah satu darinya
Contoh proses membuat judul. Ambilah contoh bahwa kita akan membuat
puisi dengan ide utama "Aku rindu padamu." Ubahlah ke berbagai versi
judul. Misalnya; “Betapa aku
rindu”, “Kepadamu Rinduku Kuberikan”, “Padamu Rindu Ini Bertaut, “Kurindukan
Dirimu Dengan Segenap Jiwa”, “Mahligai Rinduku Untukmu”. Dari 5 daftar tersebut, pilih terbaik: yaitu memenuhi
standar seni, indah, dan menarik bagi pembaca.
Puisi-puisi Kahlil Gibran sangat menarik
dan indah. Ia sendiri bagaimana mengajarkan bagaimana menemukan kata-kata indah
dalam membuat puisi. Caranya dengan
membuat turunan kata. Contohnya kita mengatakan kata pohon, maka ingat pula
akarnya, tinggi batangnya, tangkai-tangkainya, guratan-guratan daunnya. Ingat pula bagaimana cahaya matahari yang menyinari,
air yang menyuburkannya, burung-burung yang bersiul di antara dedahannya.
Dengan cara tersebut, kita sudah menemukan
banyak kata yang berhubungan dengan "pohon." Gunakanlah kata yang
sesuai dengan tema. Jadikan dalam suatu kalimat. Lalu ubahlah dengan berbagai
versi kalimat meskipun idenya sama.
Langkah kedua dalam penulisan puisi adalah
menemukan kata-kata yang tepat (diksi). Temukan dan gunakan kata-kata
yang tepat. Penggunaan kata bisa dilatih. Jika Anda tekun berlatih, pemilihan
kata bukan lagi sebagai halangan. Banyak orang yang tidak merasa mampu untuk
menemukan kata yang indah untuk puisinya. Untuk mengatasinya, gunakan teknik
konversi; yaitu menemukan berbagai versi dari kalimat yang akan kamu buat.
Sebagai contoh, kalimat; “Aku ingin rajin belajar”. Inilah beberapa versi yang
bisa muncul dari kalimat tersebut; (a) “Sungguh, ku ingin belajar
sungguh-sungguh”, (b) “Ku ingin belajar rajin”, “(c) “Belajar rajin, sungguh ku
ingin”.
Langkah ketiga dalam penulisan puisi
adalah membangun suasana. Menciptakan suasana seperti yang kita inginkan bisa
hadir dalam puisi kita melalui rangkaian diksi-diksi. Caranya adalah dengan
menggunakan teknik sinonim, metafora, deskriptif, dan vokalisasi. Teknik
sinonim adalah menggunakan pilihan kata yang semakna untuk melahirkan efek
suasana yang kita inginkan. Contoh kata “Matahari”, sinonimnya adalah “surya”,
“bagaskara”, “mentari”, dll. Kata “mentari” memiliki efek suasana pagi, sedang
“surya” memiliki efek senja hari. Metafora lain lagi, kata “bahagia” bisa
diwakilkan dengan kata “musim semi”, “bunga bermekaran”, “udara ranum”, dll.
Sedang deskriptif, cenderung memaparkan suasana yang kita ingin ciptakan
melalui penggabungan sinonim dan metafora. Sedangkan vokalisasi, lebih
mengerucut pada pembangunan suasana dengan menitikberatkan bunyi huruf vocal
diksi-diksi. Contoh; “padi mati menukik ke bumi”, huruf vocal “i” sangat
mendominasi. Suasana yang ditimbulkan huruf dari “i” adalah keseriusan, mistik,
kegalauan, kesedihan, dll. Bandingkan dengan dominasi huruf vokal “a”, “cahaya
surya menyapa rata berlapang dada”. Suasana yang ditimbulkan oleh huruf “a”
adalah kebahagiaan, suka ria, ketenangan, dll.
Ternyata, mudah bukan menulis puisi?
Selamat
menulis cerpen dan puisi.
******
------
disampaikan
dalam “Sarasehan Penulisan Cerpen dan
Puisi” dalam rangka Bulan Bahasa di SMPN 2 Kota Malang, 21-22 Oktober 2016.